Minggu, 03 Mei 2015

Cinta dan Kasih Penuh Teladan


TUGAS III
ILMU BUDAYA DASAR
Cinta Kasih Penuh Teladan
Dosen: Aulia Ar Rahma





Oleh
Nama : Ridha Afni Oriestia
NPM : 19114281
Kelas : 1KA08

SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
APRIL, 2015


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cinta dan kasih adalah dua sifat manusiawi yang sangat wajar dan sangat pasti dimiliki oleh setiap insan, dan kedua sifat tersebut sudah menjadi anugerah bagi setiap manusia, karena tanpa rasa cinta dan kasih apa jadinya kehidupan di muka bumi ini. Pastinya di dunia ini tidak akan ada yang menghasilkan keturunan, tidak adanya kerukunan dan kedamaian.
Di makalah kali ini, penulis akan memaparkan tentang cinta dan kasih, karena cinta dan kasih itu adalah hal yang sudah tidak tabu dikalangan kita, akan tetapi cinta dan kasih juga bisa menjadi misteri yang tak akan ada ujungnya.
Cinta juga merupakan pengalaman yang sangat menarik yang pernah kita alami dalam hidup ini. Sangat disesali, orang pada umumnya masih kebingungan apa itu arti dari cinta sejati atau cinta haqiqi. Kebingungan mereka semakin bertambah ketika dunia perfilman memperkenalkan arti cinta yang salah dimana penekanan akan cinta selalu dititik beratkan pada perasaan dan cerita romantika, dan disini juga penulis akan memaparkan cinta dan kasih manusia dalam segi pandang Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasakan uraian di atas, maka penulis akan merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian cinta kasih tersebut?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap cinta dan kasih?
3. Contoh kisah cinta yang patut diteladani itu seperti apa?
Adapun maksud dan tujuan dari pembahasan makalah ini, adalah supaya kita lebih memahami cinta kasih dan jangan sampai generasi muda salah mengartikan cinta kasih yang sangat suci ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CINTA KASIH
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan J. S. Purwodarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang ( kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu hampir sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan. 
Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang hampir sama, antara keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah pada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Secara sederhana adalah cinta kasih adalah perasaan kasih sayang yang dibarengi unsur terikatan, keintiman dan kemesraan (cinta ideal/segitiga cinta) di sertai dengan belas kasihan, pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab yang diartikan akibat yang baik, positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan. 

B. CINTA KASIH DALAM PANDANGAN ISLAM
Ada yang berpendapat bahwa etika cinta sangat mudah dipahami apabila tidak dikaitkan dengan agama. Dalam kehidupan, cinta menampakkan diri dalam bentuk apapun. Terkadang seseorang mencintai dirinya sendiri sendiri, orang lain, atau keluarga, harta, Allah dan Rasul/berbagai bentuk cinta dapat kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
Dalam agama Islam cinta dapat diartikan sebagai kasih sayang. Dan kasih sayang itu mempunyai tingkatan tingkatan yang berbeda. Didalam kitab suci Al-Qur’an ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi dalam jiwa manusia. Cinta memiliki 3 tingkatan yaitu tinggi, menengah dan rendah.


Ini adalah beberapa tingkatan cinta dalam agama Islam :
1. Cinta tingkat tinggi

a. Cinta kepada Allah
Cinta manusia yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada Allah. Kita sebagai umat Muslim harus dan wajib mencintai Allah, karena Allah adalah sumber kehidupan bagi kita, tanpa mengingat Allah dalam setiap detik ki8ta bagaikan sedektik kita berbafas tanpa oksigen.
b. Cinta kepada Rasul
Sebagai umat Muslim kita harus percaya dengan Rasul, dengan mencintai Rasul dan selalu mencontoh dan menteladani perbuatannya itu sudah menunjukkan bahwa kita adalah umat Muslim yang sangat mencintai Rasul.
2. Cinta tingkat menengah

a. Cinta kepada orang tua
Sudah sangat sepantasnya kita sebagai manusia yang lahir dari rahim Ibu kita dan kita harus menyayangi Ibu kita dan juga Bapak kita yang sudah berusaha kerja keras untuk menghidupi keluarga, karena tanpa mereka kita tidak akan melihat indahnya dunia ini. Jadi, sudah sepantasnya dan sewajarnya kita harus menyayangi dan mencintai kedua orang tua kita dengan cara selali menyelipkan do’a kepada orang tua kita setiap saat, dan juga dengan cara berbakti dan berbuat baik kepada orang tua kita.

b. Cinta kepada suami/istri dan keluarga.
Cinta kepada suami/istri disebut sebagai cinta lanjutan, mengapa? Karena cinta kepada suami/istri itu dilanjutkan kepada hubungan yang serius seperti proses pernikahan
c. Cinta kepada sesama manusia
Agar manusia bisa hidup dengan keserasian, kedamaian dan kedamaian, maka sudah seharusnya kita saling mencintai satu sama lain, karena jikalau tumbuh rasa kebencian dan arasa acuh tak acuh maka musnahlah keserasian antara sesama manusia. Karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain, maka dari itu jika kita ingin hidup dengan lingkungan yang damai maka kita juga yang harus menciptakan rasa damai itu dengan cara yang mudah yaitu mencintai sesama manusia itu sendiri.


3. Cinta tingkat rendah

a. Cinta diri sendiri
Cinta kepada diri sendiri sangatlah penting, bayangkan saja, jika kita tidak mencintai diri kita sendiri sudah pastilah jasad ini tidak akan terusrus, tidak pernah mandi, makan, bersosialisasi, dan lain-lainnya. Dan mencintai diri sendiri juga dapat meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik, karena dengan mencintai diri kita sendiri itu artinya kita bersyukur dengan apa yang sudah diberikan oleh Allah swt. 
b. Cinta harta dan jabatan
Mengapa cinta harta dan jabatan ada di tingkatan yang paling rendah? Karena harta dan jabatan itu bersifat sementara dan tidak akan dibawa sampai ke akhirat, dan bersifat permanen adalah amal dan ibadah kita. 
C. KISAH CINTA PENUH TELADAN
Kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ‘Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.ross putihIa merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ‘Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ‘Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; ‘Utsman, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ‘Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ‘Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ‘Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

‘Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. “Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ‘Ali.

“Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

‘Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ‘Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ‘Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ‘Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ‘Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, “Aku datang bersama Abu Bakar dan ‘Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ‘Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ‘Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ‘Umar melakukannya. ‘Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

‘Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. “Wahai Quraisy”, katanya. “Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ‘Umar di balik bukit ini!” ‘Umar adalah lelaki pemberani. ‘Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ‘Umar jauh lebih layak. Dan ‘Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti
Ia mengambil kesempatan
Itulah keberanian
Atau mempersilakan
Yang ini pengorbanan
Maka ‘Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ‘Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ‘Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ‘Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

“Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. “Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. “

“Aku?”, tanyanya tak yakin.

“Ya. Engkau wahai saudaraku!”

“Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”

“Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

‘Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

“Engkau pemuda sejati wahai ‘Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, “Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang.  
Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

“Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”

“Entahlah..”

“Apa maksudmu?”

“Menurut kalian apakah ‘Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”

“Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,

“Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”

Dan ‘Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ‘Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

‘Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ‘Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu” ini merupakan sisi ROMANTIS dari hubungan mereka berdua.

Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)



BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
    Kita sebagai manusia yang mempunyai kodrat cinta dan kasih yang sudah diberikan oleh Allah swt jangan sampai menyalahgunakan istilah cinta menjadi sesuatu yang bisa menjerumuskan kita kepada sumur dosa. Karena sesungguhnya cinta dan kasih adalah fitrah yang sangat suci. Dalam agama Islam juga sudah di arahkan bagaimana scinta dan kasdih yang hakiki itu, maka jangan mudah terpemngaruh oleh budaya kapitalis yang mengartikan cinta dan kasih hanya bermodalkan rayuan gombal dan materi semata. Kita bisa menteladani kisah cinta dari Sayyidina Ali dan Fatimah yang begitu mulia. Arahkan lah cinta kita kepada seseatu yang membuat kita ingat akan akhirat, agar menjafdi berkah dan pahala. Jangan terlalu sibuk dengan cinta yang berbau hal-hal duniawi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, kurang lebihnya penuli memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga kita sama-sama bisa membenahi diri menjadi pribadi yang lebih baik, amin yaa Rabbal alaamin.

B. DAFTAR PUSTAKA
    www.eramuslim.com
    Ariefksmwrdn.blogspot.com
    Sintakusumasworowardhani.wordpress.com
    


Pandangan Hidup Rasulullah

                                   
                                  Tugas IV
ILMU BUDAYA DASAR
PANDANGAN HIDUP RASULULLAH


DOSEN : AULIYA AR RAHMA






OLEH
Nama : Ridha Afni Oriestia
NPM : 19114281
Kelas : 1KA08



SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
APRIL, 2015


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia di dunia ini tentu mempunyai pandangan hidup masing-masing yang perlu dipersiapkan secara rinci sejak dini agar dapat terlaksana sesuai dengan harapan pada waktu yang tepat. Setiap insane berhak memilih dan memutuskan pandangan hidup masing-masing, karena pandangan hidup adalah salah satu faktor terbentuknya jati diri seseorang. Di makalah ini saya akan membahas makalah dengan tema manusia & pandangan hidup, dengan judul “Pandangan Hidup Rasulullah S.A.W”. Semoga dengan di tulisnya makalah ini akan menjadi bacaan yang sangat bermanfaat. Amin yaa Rabbal Alamin.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan banyaknya pandangan hidup pada setiap individu manusia, maka kita akan lebih menspesifikasi lagi pandangan hidup dari seorang tokoh yaitu Rasulullah S.A.W. Adapun rumusan masalahnya, adalah :
1. Bagaimana pandangan hidup dalam agama Islam?
2. Bagaimana pandangan hidup Rasulullah yang begitu sempurna?

         
BAB II
ISI
A. PANDANGAN HIDUP DALAM ISLAM
islam sebagai pandangan hidup, menyadari bahwa tiap aspek kehidupan tidak  lepas dari aturan dan nilai-nilai Islam, dengan menunjukkan ketaqwaannya terhadap Allah swt. maka segala aspek yang berkaitan dengan kehidupan, seperti perkataan, perbuatan, perasaan(hati) seseorang, akan menampakkan ciri-ciri dari keislamannya tersebut.
Dengan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup, maka segala tatanan kehidupan seorang muslim akan sesuai berdasarkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya, sehingga tidak ada lagi yang namanya Islam KTP alias seorang muslim yang tidak menemukan keislamannya.
Islam, agama paripurna dan paling akhir yan diturunkan Allah swt. kepada Rasulullah Muhammad saw. Islam tidak hanya sekedaar peraturan-peraturan yang bersifat teoritik, tapi juga sebuah pandangan hidup yang sesuai fitrah manusia dan menjawab semua problematika umat. Jadi, Islam adalah satu-satunya pandangan hidup yang diamanatkan kepada umat manusia oleh Sang Pencipta alam semesta.
Barangsiapa mencari agama selain beragama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima darpadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran:102)
Akidah Islam adalah akidah kaum muslim, yang didasarkan pada keimanan bahwa Allah swt adalah satu-satunya zat Ilah (Zat yang ditaati), dan bahwa Muhammad saw adalah utusan-Nya yang paling akhir. Akidah Islam memberikan penjelasan yang memuaskan terhadap problematika pokok manusia, yaitu tentang awal mula dan tujuan hidup, serta memandu manusia untuk memahami apa yang harus dia yakini dan apa yang tidak boleh dia imani. Islam, sebagai solusi akhir bagi problematika pokok manusia, telah memberikan pedoman menyeluruh bagi umat manusia dalam menjalani kehidupannya. Aturan demi aturan yang berkaitan dengan segala perilaku manusia telah diatur dalam hukum-hukum syari’at yang mnyeluruh, lengkap, dan sempurna.
Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan bagimu nikmat-Ku, dan telah Ku-cukupkan bagimu nikmat-Ku, dan telah Ku-Ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah:3)
Hanya dengan kembali pada pemahaman yang shahih tentang Islam, dan menjadikannya sebagai pandangan hidup kaum muslim mempunyai harapan untuk bangkit dari keterpurukan yang dialaminya saat ini, hingga kemudian menyadari keluasan dan kekomprehensifan Islam sebagai pandangan hidup yang akan membentuk gaya hidup islami. Pandangan hidup Islami akan terlindungi dan terjaga jika syari’at Islam diterapkan secara kaffah baik bagi individu, keluarga, masyarakat, dan bernegara. Wallahu a’lam bishshawab.
B. PANDANGAN HIDUP RASULULLAH SAW
Dalam buku Seratus Tokoh Berpengaruh di Dunia Micheal Hart memilih Nabi Muhammad SAW sebagai orang nomor wahid yang paling berpengaruh sepanjang masa. Pilihan seorang Micheal Hart yang notabene adalah non-Muslim merupakan kesaksian jujur yang luar biasa atas kehebatan dan ketokohan Rasulullah SAW. Keputusannya tersebut atas dasar studi yang kokoh dengan mengambil beberapa kriteria yang ditetapkannya secara konsisten. Di antara penyebab kehebatan Rasulullah SAW adalah pandangan hidupnya yang istimewa.        Rasulullah pernah menyatakan manhaj atau pandangan hidupnya dalam sebuah hadis sebagai berikut: Pengetahuan adalah modalku, akal adalah dasar keberagamaanku, cinta adalah landasan hidupku, kerinduan adalah kendaraanku (menuju Allah), zikrullah adalah kebiasaanku, kepercayaan adalah simpanan berhargaku, kesedihan adalah teman dekatku, ilmu adalah senjataku, kesabaran adalah selendangku, zuhud adalah profesiku, rida adalah ghanimah-ku (bagian yang kudapat), keyakinan adalah kekuatanku, kejujuran adalah penolongku, ketaatan (kepada Allah) adalah kecintaanku, perjuangan adalah akhlakku, dan kesenanganku berada dalam menunaikan shalat.       Bila kita renungi pandangan hidup Rasulullah di atas dan mampu kita aplikasikan dalam kehidupan nyata, pastilah umat Islam menjadi umat yang terbaik penuh kesejukan. Umat Islam akan menampilkan kehidupan yang sangat memesona tanpa ada kekerasan. Misalnya saja, manhaj pertama menyatakan pengetahuan adalah modal dalam kehidupanku. Hal ini menuntut kita agar memiliki banyak pengetahuan sehingga kita menjadi khalifah di bumi, tidak mungkin dijajah oleh negara manapun. Umat Islam adalah umat terbesar di dunia dengan 1,3 miliar penganutnya, dan mendiami negara-negara yang kaya tambang, mineral, keanekargaman hayati, dan sebagainya. Sudah seharusnya kita menjadi saksi dunia bukan yang selalu menjadi tertuduh.       Dengan pandangan hidup yang integral, Allah telah memuji Rasulullah SAW dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas semua akhlak yang agung (QS al-Qalam [68] : 4). Ayat ini menunjukkan bahwa kalau ada pemimpin yang hebat, maka kepemimpinan Rasulullah SAW lebih hebat darinya. Jika Nabi Ayyub as memiliki kesabaran luar biasa saat diuji Allah dengan penyakit kulit, maka kadar kesabaran Rasulullah SAW di atas kesabaran Nabi Ayub as tersebut. Rasul merupakan teladan tertinggi bagi umat manusia yang ingin menggapai kemuliaan dunia dan akhirat (QS al-Ahzab [33}:21). Dalam semua aspek kehidupannya harus dijadikan sebagai uswah hasanah umat manusia.        Dengan kata lain, akhlak dan perilaku Rasulullah harus dijadikan barometer perilaku umat manusia. Bila ada perilaku figur panutan bertentangan dengan perilaku Rasulullah SAW maka kita harus menakarnya dengan akhlak Rasulullah. Inilah tuntutan syahadat Rasul "Aku bersaksi sesungguhnya Nabi Muhmad SAW adalah utusan Allah swt Kita wajib menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan tertinggi. Wallahu a'lam

BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Sebagai manusia, wajar saja jika terjadinya perbedaan tentang pandangan hidup masing-masing individu. Karena pandangan hidup termasuk hak manusia yang harus kita hargai sebagai sesame manusia.
Pandangan hidup juga adalah suatu konsep yang dapat digunakan untuk menggambarkan cara pandang manusia secara umum tanpa melihat bangsa atau agama.
Dan salah satu tokoh yang kami bahas di makalah ini adalah Rasulullah saw, beliau adalah salah satu tokoh yang paling berpengaruh di dunia karena kemantapan akan pandangan hidupnya yang seolah sudah mendekati sempurna, dan kita sebagai generasi penerus alangkah baiknya untuk meneladani dan selalu mengikuti jejak Rasulullah saw.
B. DAFTAR PUSTAKA
Nurulhidayati4321.blogspot.com
Siradel.blogspot.com